Fun Curriculum at Home for Preschooler

IMG-20150829-WA0009

Narasumber : Siti Sarah Hajar Nurfuadah, S.Psi.
Waktu Diskusi : Sabtu, 29 Agustus 2015 pukul 19.30 -21.00 wib
PJ Management : Riesya Utami & Kamilah Fithri (Div Program IPC)
Admin : Resa Rahmawati
Host : Lia Kholisha
Co Host : Indah Puspita
MC IPC #1 : Inna
MC IPC #2 : Sani Sumiati
MC IPC #3 : Fathimah Assagaf
MC IPC #4 : Azmi F.A
MC IPC#5 : Citra Vernia
MC IPC#7 : Resa Rahmawati
MC IPC#8 : Lilik Erfana
MC IPC#9 : Dwi Mustika Handayani
MC IPC#10 : Thasya Sugito
Judul Diskusi : Fun Curriculum at Home for Preschooler

Profil Narasumber

Siti Sarah Hajar Nurfuadah, S.Psi.

Akademisi juga praktisi pendidikan ini biasa dipanggil Sarah/ Hajar yang lahir dan tinggal di Bandung.
Wanita berhijab yang lahir pada 09 Desember 1975 ini memiliki passion traveling, cooking, parenting, teaching (Preschool).
Aktivitas beliau saat ini bekerja, kuliah, dan sharing.
Dengan pendidikan terakhir Sarjana Psikologi UNISBA, beliau sedang menempuh S2 Paud di UPI.
Pengalaman Kerja :
– Kepala Sekolah TK dan SD Mutiara Bunda Cilegon
– Asisten Psikolog/Tester di RS. Al-Islam
– Kepala Sekolah Binekas Playschool, Bandung
– Kepala Sekolah 9 Mutiara, Bandung
– Kepala Sekolah Mutiara Bunda Playschool, Bandung
– Kepala Divisi B and D Mutiara Bunda, Bandung
– Kepala Divisi Humas dan Production House Mutiara Bunda, Bandung
Pekerjaan saat ini sebagai Tim Penelitian dan Pengembangan Playschool/ Prasekolah dan Trainer di Mutiara Bunda, Bandung.
Sudah mengisi training dan parenting di beberapa sekolah di Bandung, Cilegon, Bekasi, Banjarnegara, Balikpapan, dll.
Community care (Free Sharing) di sekolah-sekolah sekitar Bandung dan Cimahi.
Parenting umum dan konsentrasi sekarang di say no to pornography.

Contact person :
FB: Sarah Hajar
Blog: http://tamadhar.blogspot.com/

Fun Curriculum at home for preschooler
Oleh Siti Sarah Hajar Nurfuadah, S.Psi.

Aura kebahagiaan terpancar dari orang-orang terdekat kita ketika berita pernikahan mulai tersebar. Ucapan selamat dan berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan rencana pernikahan kitapun berhamburan. Sama siapa ?, orang mana ?, kerja di mana ?, di mana nikahnya ?, sudah sampai mana persiapannya ? dll. Persiapan menuju pernikahanpun direncanakan sangat matang terlepas dari sederhana atau mewahnya pernikahan itu. Dari mulai pembuatan kepanitiaan, rancangan acara, kostum, gedung, biaya, dll. Kita membuat rancangan kerja dan membagi tugas dengan detil kepada semua panitia. Untuk membuatnya lebih sempurna diadakan rapat berulang-ulang. Ketika acara berlangsungpun tak lepas Ketua Panitia memantau dan berkoordinasi dengan timnya memastikan semuanya berjalan dengan rancangan acara.
Ilustrasi di atas menunjukkan betapa pentingnya pembuatan seperangkat alat yang bisa menunjang pernikahan dengan baik, lancar dan sesuai harapan. Nah, itu tidak jauh dengan definisi dari kurikulum. Sederhananya kurikulum adalah seperangkat rancangan pembelajaran “a plan for learning” yang tertulis atau ada dokumennya.
Aura kebahagiaan Alhamdulillah kembali terpancar ketika kita dianugrahi putra-putri tercinta. Ketika kita menikah mempersiapkannya dengan sangat matang, nah.. tantangan berikutnya sebagai orangtua adalah pembuatan “a plan for learning” bagi anak-anak kita yang merupakan amanah/titipan istimewa. Usia dini adalah masa yang sangat crucial, yaitu usia 0-7 tahun. Di masa inilah fase perkembangan awal harus maksimal diberikan. Menilik karakteristik anak usia dini/ preschool yaitu : Memiliki rasa ingin tahu yang besar, pribadi yang unik, suka berfantasi dan berimajinasi, masa yang paling potensial untuk belajar, menunjukkan sikap egosentris, memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, dan bagian dari makhluk sosial menuntut kita untuk dapat menfasilitasi kebutuhan yang mengiringinya.
Dalam pembuatan “a plan for learning” inipun ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu masa-masa titik kritis anak usia dini, di antaranya membutuhkan istirahat, makan, minum, dan rasa aman yang tinggi, peniru ulung, membutuhkan rutinitas dan latihan, kebutuhan akan bertanya dan menjawab, cara berfikir berbeda dengan orang dewasa, membutuhkan pengalaman langsung, masa trial and error, dan masa bermain.
Melihat karakteristik dan masa kritis anak usia dini di atas mengajak kita untuk dapat mengembangkan/mendesain sebuah perencanaan bembelajaran yang menyenangkan, artinya kita harus dapat memadukan pendidikan dan hiburan dengan harmonis dalam sebuah aktivitas bermain. Di sini kata kuncinya adalah BERMAIN, MENYENANGKAN, BERMAKNA (BMB), jadi ijinkan saya mengganti istilah “a plan for learning” menjadi “A PLAN FOR FUN LEARNING”, Alhamdulillah lebih keren.. hehe…
Adapun dalam rancangan ini aspek-aspek perkembangan yang harus distimulasi adalah fisik-motorik (kasar dan halus), bahasa, kognitif, social-emosi, dan moral. Pengembangan nilai dan karakter adalah bagian terpenting dalam rentang usia ini.
Alhamdulillah banyak ayah bunda cerdas yang sangat memahami karakteristik dan kebutuhan anak usia dini sehingga berbagai cara ditempuh, misalnya dengan mencari sekolah yang dapat menfasilitasi kebutuhan anak-anak tersebut ataupun memutuskan menstimulasi mereka di rumah secara menyeluruh. Apapun langkah yang ditempuh, peran orangtua di rumah sangat penting pada masa ini. Bagi yang memutuskan menyekolahkan anaknya, perlu diingat bahwa sekolah adalah partner orangtua yang tugasnya hanya membantu menggenapkan usaha kita dalam mengembangkan potensi dan kemampuan putra-putri tercinta. Jadi rumah adalah tempat utama dan tempat paling strategis. Kesimpulan, ayah bundalah guru terbaik dalam pelaksanaan A PLAN FOR FUN LEARNING ini. Membuatnya insyaAllah sangat mudah.
Langkah-langkah membuat A PLAN FOR FUN LEARNING :
1. Tujuan (Aim), cita-cita dan impian yang ingin diraih dengan menentukan target perkembangan anak yang ingin distimulasi.
2. Aspek yang ingin dikembangkan (Development Aspects), aspek perkembangan apa yang ingin distimulasi ? Misalnya, Fisik-motorik: anak bisa melompat ke depan menggunakan 2 kaki. Bahasa : anak dapat meminta ijin dengan bahasa sederhana. Kognitif : membedakan bentuk. Sosial Emosi : Berani bertanya. Moral : Terbiasa mengucapkan permisi dan terima kasih.
3. Rencana kegiatan (Activities), berisi tema/topik pembelajaran dan rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir.
4. Sumber dan peralatan yang akan digunakan (Tools and Resources), berisi peralatan dan sumber belajar yang akan digunakan.
5. Lingkungan yang dilibatkan , dalam menjalankan kegiatan siapa orang yang diharapkan dapat membantu atau mendukung proses pembelajaran yang berlangsung. Misalnya : ayah, bunda, kakek, nenek, paman, bibi, tetangga, dll.

Prinsip membuat A PLAN FOR FUN LEARNING adalah PIKOR :
1. PENGALAMAN
Pengalaman langsung mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya melalui
mendengarkan. Anak banyak melakukan praktek. Melalui kegiatan berfikir, bergerak, berbicara, mengecap, menghidu,mendengar,melihat, dan menyentuh akan membantu otak anak menyimpan dan mengingat lebih banyak apa yang dipelajarinya.
2. INTERAKSI
Kualitas belajar akan meningkat dengan diskusi, saling bertanya dan menjelaskan
sehingga siswa mampu memberikan pendapat yang lebih jelas. Anak diajak berani mengemukakan ide dan pendapatnya ketika sedang berdiskusi atau bercakap-cakap.
3. KOMUNIKASI
Pengungkapan pikiran dan perasaan selain memenuhi ‘harga diri’ juga akan memantapkan pemahaman seseorang tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari. Anak dibiasakan menyampaikan ide, pikiran, hasil penemuan, dan pendapatnya melalui berbagai cara/ media.
4. REFLEKSI dan EVALUASI
Refleksi dapat terjadi sebagai akibat adanya interaksi dan komunikasi. Pertanyaan dari orangtua dan teman memicu anak untuk berpikir dan melakukan refleksi pemikiran dan pembelajaran. Bertanya perasaan anak setelah melakukan aktivitas, menanyakan pendapat anak mengenai kegiatan yang telah dilakukan,

Sifat pembelajaran : M2B4
1. Menyenangkan (FUN)
2. Mudah (EASY)
3. Belajar (LEARN)
4. Bermain (PLAY)
5. Bermakna (Meaningful)
6. Berkembang bersama (Growtahun Togetahuner)

Contoh Kegiatan :
Tujuan : Bersyukur kepada Allah
Aspek yang ingin dikembangkan :
Fisik-motorik: anak bisa melompat ke depan menggunakan 2 kaki.
Bahasa : anak dapat meminta ijin dengan bahasa sederhana.
Kognitif : membedakan bentuk.
Sosial Emosi : Berani bertanya.
Moral : Terbiasa mengucapkan permisi dan terima kasih.

Peralatan dan sumber belajar : Keranjang, macam-macam daun, kertas, lem, gunting, pewarna.
Lingkungan yang dilibatkan : Anggota keluarga dan tetangga.

Rencana kegiatan :
• Anak diajak untuk bersama ayah/bunda bermain peran menjadi keluarga kelinci yang akan mencari makanan ke luar berupa dedaunan.
• Diajak berdiskusi untuk membawa peralatan apa saja untuk membawa dedaunan tersebut.
• Mengajak jalan-jalan ke rumah tetangga dengan bersama-sama melompat menggunakan 2 kaki sambil bergembira.
• Setelah sampai di rumah tetangga ketika akan memetik daun, anak ditanyakan siapa yang memiliki pohonnya apakah punya si anak ? setelah anak tahu siapa pemiliknya, lalu anak diajak belajar meminta ijin untuk memetik daun tersebut dan mengucapkan terima kasih ketika diijinkan. Contoh kalimat : “Permisi, boleh minta daun ?”. Di perjalan pulang, kita bisa menanamkan nilai baik seperti, “Pak…..baik ya, sudah mengijinkan kita memetik daunnya. Tahu tidak sayang? Allah lebih sayang dengan kita lho. Allah menciptakan pohon berdaun itu buat kita, keren ya”
• Setelah mendapatkan banyak daun, keluarga kelinci pulang dan bersama-sama melihat berbagai macam bentuk daun yang berbeda-beda dengan memancing banyak pertanyaan kepada anak tanpa langsung memberikan informasi. Contoh kalimat : “Hmmm masyaAllah daunnya banyak sekali, yuk kita lihat sayang! Kita cari yuk daun yang sama bentuknya!” “Waaah lihaaat Allah menciptakan daun-daun ini sama tidak ya bentuknya ?”
• Setelah selesai bermain dengan bentuk-bentuk daun, anak bisa diajak berkreasi bersama dengan menggunakan media daun tersebut. Anak diajak memutuskan akan diapakan dedaunan tersebut dengan diberikan 2-3 pilihan disesuaikan dengan waktu yang tersedia, misalnya ditempel jadi pohon, mencap, daun digunting dan membuat kolase kelinci. Contoh kalimat : “Serunya ya main dengan daun.”
• Saling menyampaikan perasaan. Contoh kalimat : “Alhamdulillah perasaan bunda senaaaang sekali bisa main jadi kelinci denganmu sayang, bagaimana perasaan kamu ?”
• Review, bertanya kembali pada anak apa saja yang sudah dilakukan oleh keluarga kelinci dan apa yang harus dilakukan untuk berterima kasih kepada Allah yang sudah menciptakan pohon dan tanaman. Contoh kalimat : “Alhamdulillah, terima kasih Allah!” dilanjut “Sudah menciptakan tanaman untuk kami”…dst.
• Anak diajak untuk membereskan dan membersihkan peralatan yang sudah digunakan.
Prinsipnya, dalam pembuatan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan di rumah dengan anak usia dini kita itu sangat murah karena bisa menggunakan dan memanfaatkan segala sumber yang ada di lingkungan sekitar, di mulai dari lingkungan terdekat yaitu keluarga dan rumah.

Selamat mencoba ayah bunda sayang yang dirahmati Allah.

Tugas : Aku bisa membuat satu contoh A PLAN FOR FUN LEARNING di rumah

Sesi Tanya Jawab

1. Kurikulum apa sih yang cocok untuk anak usia 5&7tahun? kemampuan apa yang harus dikuasai anak seusia itu.Terimakasih.
eva – jepara – ipc#5

Jawaban :
Kurikulum yang cocok buat anak kita adalah yang sesuai dengan keadaan anak kita. Sebelumnya kita bisa melihat tahapan-tahapan perkembangan anak kita menurut para ahli misalnya kita pakai Mileston, di sana kita akan melihat apa saja yang harus berkembang pada usia tertentu. Selanjutnya kita asses perkembangan anak kita sudah sejauhmana. Dari sana kita bisa mulai menentukan rancangan pembelajaran yang cocok bagi anak bunda. Dengan referensi dari berbagai sumber…bisa dari buku ataupun browsing di internet yang sekarang begitu banyak artikel mengenai kegiatan-kegiatan yang menarik dan menyenangkan bagi anak. Adapun kemampuan yang idealnya dikuasai diantaranya, dapat merawat kebersihan dirinya. Dapat berinteraksi dengan teman sebaya, mulai dapat memainkan perannya sesuai jenis kelaminnya. Mulai belajar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung. Memahami benar-salah, baik buruk dengan lebih baik, dll

2. Assalamualaikum bun, perlukah dibuatkan kurikulum/jadwal tersendiri untuk program homeschooling? Jika perlu ada kah referensi atau acuan khusus yang bisa digunakan? Jazakillah
Evita_Surabaya_IPC4

Jawaban :
Wa’alaikumussalam bunda Evita…wah sudah lama saya ingin ke Surabaya tapi belum ada kesempatan. Ketika kita memutuskan homeschooling artinya kita sebagai orangtua sudah siap mendampingi anak-anak dalam proses perkembangannya 24 jam sehari. Artinya kita sebagai orangtua harus siap membuat perencanaan yang matang untuk anak kita. Bagaimana kurikulumnya ? Masing-masing orangtua yang memutuskan meng-home schooling-kan anak-anaknya pasti mempunyai alasan yang kuat. Nah dari sini bisa dimulai bunda Evita membuat Visi misi keluarga bersama suami apa yang akan dikembangkan di keluarga terutama anak-anak. Kurikulum masing-masing keluarga yang memutuskan homeschooling pastonya berbeda-beda sesuai dengam visi misi tersebut. Misalnya ada keluarga yang berharap anaknya menjadi hafidz, maka kurikulum yang dibuat tahapan usaha belajarnya yang bisa menunjang anak-anak menjadi hafidz. Referensi sangat banyak tapi saya sarankan untuk mencari komunitas homeschooling agar bumda bisa mendapat informasi banyak dari orangtua yang sudah melaksanakannya.

3. Bunda Sarah, makasih atas kesempatan yang diberikan, anak saya Aisyah sekarang usia 4 tahun, sedikit dilema ketika saya mau memasukkan ke TK, tapi terbentur idealisme saya yang ingin mengajarkan anak saya dulu sendiri (homeschooling), saya ingin ia masuk sekolah TK ketika usia 5 atau 6 tahun.. Pertanyaan saya, usia ideal anak masuk TK sebaik nya pada usia berapa ya bund.. trus apakah dengan Homeschooling saat ini anak saya jadi minim interaksi sosial nya dibanding anak yang masuk sekolah formal lainnya? karena anak saya memang tipe pemalu dan banyak yang menyarankan untuk masuk TK saja sekarang biar tidak pemalu lagi.. Makasih atas jawabannya ya bund.
NailahAssagaf_IPC4_jkt

Jawaban :
Bunda Nailah yang baik, kalau boleh jujur sebetulnya guru terbaik anak adalah orangtuanya terutama di usia tujuh tahun pertama. Jadi, optimalkan menstimulasi anak di rumah dengan A plan for fun learning tentunya. Interaksi bisa di stimulasi dengan banyak cara bunda sayang,tidak hanya di sekolah. Semangaaaaat bunda! Apabila bunda bekerja dan merasa terbatas waktu menstimulasi di rumah sekolah bisa dijadikan alternatif dan partner terbaik asalkan sekolahnya cocok untuk anak dan memahami perkembangan anak usia dini dengan baik.

4. Saya pernh mencoba beberapa hal serupa kepada anak saya saat usia 3-4 tahun, awalnya begitu menyenangkan, tapi ditengah perjalanannya anak kehilangan moodnya, jadi saya merasa tujuan tidak terpenuhi secara total, bagaimana kalau terjadi seperti ini bu?
Sani sumiati_bandung_ ipc2
Jawaban :
Bunda Sani yang bersemangat, pertanyaannya apakah kegiatannya sesuai minat anak, apakah kita melakukan pengulangan kegiatan dengan variasi yang sedikit, kalau iya berarti bunda ditantang untuk lebih banyak mencari sumber kegiatan yang menarik dan anak dilipatkan dalam menentukan kegiatannya tersebut. Selamat mencoba!

5. Bismillah.. Alhamdulillah senang sekali bisa berbincang langsung dengan ibu siti. Ada hal yang ingin saya tanyakan berkaitan dengan anak usia dini yang mempunyai kebutuhan khusus atau gangguan perkembangan seperti misalnya : autisme, speech delay, disleksia, diskalkula, dan lain sebagainya. Menurut ibu, bagaimana mengatasi anak yang seperti ini, apakah bisa di terapkan kurikulum fun curriculum at home ? Demikian pertanyaan dari saya. Terima kasih atas perhatiannya.
Fatimah_jakarta_ipc6

Jawaban :
Bagi anak-anak berkebutuhan khusus, tentunya ada perlakuan awal yang berbeda yang harus dilakukan, yaitu berdiskusi dengan tim ahli mengenai sejaumana keadaan putra-putri tercinta. Pastinya kita tahu apa diagnosanya dari mereka Nanti kita lihat apakah anak kita kemampuannya seperti apa. Apapun nanti kurikulumnya, diberikan secara menyenangkan itu keharusan tapi tentunya diaesuaikan dengan kebutuhan mereka sesuai dengan kriteria berkebutuhannya, wallahu a’lam. Pertanyaanya keren bunda Fatimah, dan pembahasannya bisa panjang. Mudah-mudahan kita bisa diskusi lagi ya.

6. Dimulai dengan pengakuan diri, saya tidak suka terencana. Terkadang (baca:sering) rencananya apa, yang kejadian apa. Yermasuk dala hal pendidikan di rumah (anak saya baru 2.5 tahun) Bagaimana menyiasati kurikulum yang delay gara-gara kebiasaan berimprovisasi ? Terima kasih.
Ririn, Bandung IPC 6

Jawaban :
Salam kenal bunda Ririn.
Saya juga mau pengakuan, kalau saya tipe orang yang kurang terstruktur hehehe…#HighFive
Untuk pembuatan perencanaan pembelajaran memang idealnya tertulis walaupun secara sederhana dan hanya ide-ide pokoknya saja. Apabila di tengah perjalanan ada perubahan karena ada momen yang lebih tepat mengenalkan anak kita akan hal lain ataupun berkembang karena disesuaikan dengan minat anak pada saat itu tidak masalah, yang penting kita tetap mempunyai tujuan yang jelas mengapa melakukan hal tersebut. Setelah selesai, tetap bisa dicatat dalam buku besar pendidikan anak kita sebagai aktivitas stimulasi yang telah dilakukan. Pada anak usia 2.5 tahun kegiatan yang diiringi dengan stimulasi sensori motorik sangat disarankan, dimana anak memaksimalkan kemampuan indranya dalam setiap aktivitasnya. Teruslah berimprovisasi, itu artinya bunda adalah bunda kreatif! 

7. Assalamu`alaikum bunda,
Bagaimana kita mengetahui pencapaian apa yang harus dikuasai anak setiap tahun usianya baik itu motorik, emosi, social, dll ?#saya sering mengalami di mana bagaimana kalau di rumah ada 2 anak 4 tahun dan 2.5 tahun bila akan menerapkan kurikulumnya ? Sering terkendala perhatian ke adik. Terima kasih
Ika-Padang_ipc 6

Jawaban :
Wa’alaikumussalam bunda Ika,
Untuk mengetahui sejauhmana pencapaian anak dalam setiap tahap perkembangannya memang harus dilihat dari gambaran umum anak-anak pada usia tersebut yang ada pada teori-teori yang dikemukakan para ahli yang otomatis mengajak kita untuk banyak baca dan searching di Internet. Salah satu yang bisa dipakai acuan, bunda bisa cari tahapan perkembangan Milestone. Untuk kurikulum atau program bagi anak yang berbeda usia bisa membuat kegiatan bersama, tapi ada kegiatan yang dilakukan secara individual. Ketika bunda sedang menstimulasi adiknya, bunda bisa diberi kepercayaan kakaknya sebagai asisten, tentunya dengan informasi sebelumnya bahwa saat itu merupakan giliran adiknya mendapat stimulasi. Beri penghargaan pada kakak sesudah selesai menjadi asisten, misalnya dengan memeluk sambil sampaikan bahwa bunda bangga karena kakak sudah membantu…bla..bla..lalu pandang matanya dengan wajah sumringah. (Nah itupun sudah jadi kurikulum tersendiri buat kakak ) Semangat, sabar,dan Istiqomah kuncinya.

8. Sebenarnya sejak usia berapa kita bisa mengenali jenis kecerdasan anak ?! Apakah hal ini dilatih atau natural sejak lahir ?!
Misalkan kita menyimpulkan bahwa anak kita dominan memiliki kecerdasan kinestetik apakah seiring perkembangan hal ini bisa berubah ?! Adakah seorang anak yang terlahir langsung dengan kemampuan multiple intellegence ?!
Dina_bdg_ipc1

Jawaban :
Perkembangan anak memang tidak terlepas dari bawaan dan lingkungan. Terlepas dari masih menjadi perdebatan mana yang lebih dominan di keilmuan barat tentu saja kita sebagai muslim percaya bahwa lingkungan akan lebih kuat mempengaruhi perkembangan anak. Kecerdasan anak memang tidak bisa langsung terlihat pada bayi. Stimulasi lingkungan, baik orang atau alat penyerta bisa mempengaruhi kemana minat dan bakat anak berkembang. Misalnya seorang anak yang lahir dari seorang hafidz kecenderungannya menjadi hafidz, kenapa ? lingkungannya sangat menunjang anak berinteraksi dengan Al-quran setiap hari atau misalnya orangtuanya yang dokter, biasanya ada anaknya juga yang jadi dokter, dsb.Dominasi kinestetik pada anak parasekolah sangat wajar karena minat eksplorasi dan keterampilan sensori motoriknya yang sedang lebih dominan juga berkembang. Apakah bisa berubah, kembali kepada stimulasi yang diberikan lingkungannya. Anak lahir dengan potensi menjadi apapun, maka tugas kita mendampingingi, mengarahkan, dan menstimulasi dengan tepat. Wallahu.alam

9. Assalamu’alaikum
Salam kenal ibu Siti.. Senang bisa berdiskusi dan dapat ilmu lewat ini.. Maaf kalau pertanyaan saya disertai deskripsi yang cukup panjang. Anak saya usia 5y, dari umur 3 tahun sudah ikut PG, lalu setelah lulus TK A,saat ini dia “belajar dirumah”. Saya belum berani bilang homeschooling hehe karena, saya memang tidak menyusun “kurikulum” yang spesifik..Hanya setiap harinya, saya selalu cari ide-ide main atau membuat craft, sesuai minat nya setiap harinya. Qadarullah, anak saya passionate sekali pada seni. Saya coba memenuhi rasa ingin tahunya yang berbeda setiap harinya. Apakah kegiatan yang “tidak terstruktur” seperti itu bisa cukup efektif untuk mengakomodir “ketertinggalannya” dengan anak yang sekolah? Mengingat pada umur 7 tahun nanti, dia akan saya masukan ke sekolah dasar. Lalu anak saya itu punya kecerdasan sosoalisasi yang cukup tinggi. Karena dia masih sendiri, belum ada adiknya dia jadi suka meminta untuk main keluar rumah, mencari teman sepermainan..bagaimana menyeimbangkan pengajaran dirumah dengan soal sosialisasinya..? Jazakillah khoyr
UmmiQq_Bandung_IPC5

Jawaban :
Wa’alaikumussalam warahmatullah…salam kenal juga Ummi Qq 
UmmiQq yang dirahmati Allah, minat anak terhadap craft dan seni bisa dijadikan kendaraan untuk memaksimalkan perkembangan motorik, bahasa, kognitif, social emosi, dll. Misalnya : motorik halus –aktivitas pembuatan craftnya, motorik kasar-jinjit untuk mengambil bahan-bahannya yang sengaja digantung di atas,kognitif-mengklasifikasi warna atau menghitung jumlah bahan yang dipakai, bahasa-menceritakan hasil dari karyanya dan dituliskan oleh bunda, social-emosi-merencanakan membuat craft untuk dibagikan kepada saudara atau tetangga. Berbagi dilakukan bersama dan anak diberi kepercayaan untuk menyerahkannya sendiri, dll. Satu hasil karya tujuannya bisa dibuat banyak. Apabila orangtua bisa berperan menjadi fasilitator di rumah, jangan khawatir akan kesiapannya masuk SD karena sekolah bagi anak usia dini adalah alternatif saja. At home is better insyaAllah. Untuk sosialisanya bisa aktif di komunitas yang menyediakan kegiatan-kegiatan bagi anak pra-sekolah.
Tidak terstruktur alias disesuaikan minat anak tidak masalah yang penting ada kegiatan konsisten yang menstimulasi perkembangannya. Mudah-mudahan bermanfaat 

10. Assalamuallaikum. Bunda Siti mau bertanya untuk bunda yang bekerja juga, bagaimana membagi waktu untuk aktifitas belajarnya bunda,, lalu adakah buku,ebook atau website yang dapat kami pelajari untuk menunjang aktifitas fun learning ini bunda,, serta contoh-contoh dan bahan-bahan yang diperlukan bunda,, terimakasih bunda siti untuk jawaban nya.
Linda_solo_IPC5

Jawaban :
Wa’alaikumussalam bunda Linda yang semangat.
Tentunya sebagai ibu yang bekerja seringkali kita merasa waktu bersama anak-anak terasa sempit. Ketika bekerja menjadi pilihan, maka waktu pertemuan anak harus dimaksimalkan kualitasnya. Membuat proyek bersama, memasak bersama, membacakan buku cerita, dan bermain peran secara rutin bisa dijadikan pilihan. One day one activity untuk menstimulasi tugas perkembangan yang harus terlewati bisa dijadikan program awal. Ketika waktunya bekerja, libatkan pengasuh dan keluarga lainnya dalam melaksanakan beberapa program yang telah dibuat orang tua (duduk bareng). Untuk e-book atau website sangat banyak pilihan diinternet. Dengan kata kunci fun learning, activities for preschooler, dan sejenisnya akan memberikan banyak pilihan mana yang cocok bagi putra/putri tercinta.

11. Bismillah
Bu, bagaimana cara menarik inisiatif anak untuk beres-beres setelah melakukan aktifitas. Ntah itu makan atau setelah bermain.
Dwi_Cikarang Barat_IPC10

Jawaban :
Bunda Dwi yang baik, untuk mengajarkan tanggung jawab kepada anak-anak sebelum kita memberlakukan sesuatu seperti makan harus duduk dan habis, mainan dibereskan lagi, dll. Yang pertama harus dilakukan adalah duduk bareng, sampaikan apa harapan kita dan kenapa, kemudian rundingkan caranya yang anakpun boleh ikut memilih, putuskan, dan apa konsekwensinya apabila kesepakatan dilanggar. Misalnya untuk makan, anak diajak bicara kenapa makan harus duduk dan dihabiskan, kemudian anak diajari untuk dapat menentukan sebanyak apa yang akan diambil yang menurutnya bisa ia habiskan, konsekwensinya anak haru menghabiskannya karena ia yang mengambil sebanyak apa makanannya. Tanggungjawab ini seiring bertambahnya usia semakin banyak pada pemberian kesempatan anak bertanggungjawab terhadap pilihannya. Yang paling ampuh dalam mengajarkan tanggung jawab adalah contoh/uswah dan pembagian tugas yang jelas serta konsekwensinya dalam keluarga (untuk anak tentunya disesuaikan dengan usianya). Berikan penguatan ketika anak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan.

12. – Adakah Contoh sumber-sumber yang bisa dijadikan acuan dalam membuat fun curriculum anak, sehingga kurikulum yang kita buat sesuai dengan umurnya. Misalnya KPSP, dan sebagainya
-Klo anak excelent menulis, mewarna dengan rapi, pake tangan kiri, mumpung masih paud, apakah perlu berusaha diajarkan menulis pakai tangan kanan. (Kalau makan, bersalaman, menerima barang sudah bisa tangan kanan). Sedangkan kemampuan menggunakan tangan kiri berhubungan dengan perkembangan kemampuan otak kanan
Maya_meulaboh_IPC10

Jawaban :
Salaam Bunda Maya nun jauh di Meulaboh.
Apabila bunda ingin mendampingi putra/putri tercinta menggunakan KTSP Paud yang biasa dipakai di sekolah-sekolah itu sudah cukup memadai. Tinggal disesuaikan dengan tipe kelas yang biasa ada pendampingan klasikal dan individual. Apabila program dilakukan di rumah, anggota keluarga dan anak-anak tetangga yang seusia ataupun usianya di kisaran yang sama bisa dijadikan teman berkegiatan dalam kegiatan klasikal. Untuk sumber silahkan sudah banyak buku dan website yang menyediakan banyak contoh program/kurikulum, tinggal disesuaikan dengan kebutuhan anak dan orang tua.
Apabila anak kecenderungan menggunakan tangan kiri dalam beraktivitas dan anak tampak merasa nyaman tidak perlu dipaksa menggunakan tangan kanan kecuali untuk aktivitas-aktivitas yang sudah bunda biasakan seperti makan, bersalaman, menerima atau memberi barang,dll. Untuk memaksimalkan keterampilan kedua tangannya bisa distimulasi dengan aktivitas yang yang membutuhkan keduanya, misalnya brain gym.  Mudah-mudahan berkenan.
13. Teteeh, ini pertanyaannya :
– Sejak usia berapakah kurikulum pra sekolah ini bisa diterapkan?
– Anak saya sehari-hari dirumah dan jarang keluar karena lingkungan yang kurang baik. Akibatnya ketika bertemu orang baru sering malu dan nempel ibunya. Bagaimana solusinya, apakah lebih baik belajar dirumah atau di daycare bertemu dengan teman sebayanya supaya dapat bersosialisasi?
Anin__Bandung_IPC 10

Jawaban :
Teh Anin yang ceria, kurikulum pra sekolah ini tentu saja bisa dilakukan sejak anak kita lahir, yang tentu saja disesuaikan dengan usianya. Misalnya untuk anak yang baru lahir, kita membuat program memanggil namanya berulang-ulang, mengenalkan diri bagi orang yang mengajak main anak, misalnya assalamua”alaikum Kiki, ini nenek!, menyimpan jari kita untuk digenggam, dll. Bertambah usia, tugas perkembangannya berubah, maka programnya mengikuti.
Untuk sosialisasi anak tidak harus selalu dengan teman sebaya di daycare. Teh Anin bisa sering ajak anaknya untuk mengunjungi saudara, tetangga, dan komunitas-komunitas /kegiatan-kegiatan untuk anak. Berikan kepercayaan lebih besar ketika ia berada di lingkungan. Awasi dan berikan penguatan, bisa dengan senyum, acungan jempol, dll.

14. Teh Hajar, terima kasih atas materi yang sangat bagus sekali..
saya ingin bertanya, dalam membentuk A Plan for Fun Learning ini apa saja yang harus diperhatikan sebelumnya..misalkan apakah penting melihat karakteristik belajar anak atau tidak atau latar belakang keluarga dan lingkungan atau yang lainnya
Terima kasih.
Muflikhah_Malang_IPC 10

Jawaban:
Sama-sama mba Muflikhah, mudah-mudahan sedikit banyak membantu program di rumah bersama putra/putri tercinta ya.
Tepat sekali mba, sebelum kita membuat program, kita harus melihat potensi-potensi yang mungkin ditemui di sekitar yang bisa dimanfaatkan untuk alat pembelajaran dan hambatan-hambatan yang mungkin muncul sehingga kita bisa mencari alternatif lain tanpa mengurangi kualitas proses dan tujuan yang ingin dicapai.
Begitu juga karakteristik belajar anak bisa dijadikan kendaraan bagaimana kita memaksimalkan kemampuannya tanpa memutuskan rasa ingin tahunya. Apakah anak kita tipe audio, visual, kinestetik, atau mix diantaranya.

15. Assalamualaikum.. wr.wb..
Bagaimana caranya agar anak usia 5,5 tahun agar mau bergaul / interaksi diluar? Mgkin setelah sekolah pagi-siang, istirahat, sore ngaji setelah itu dia ga mau keluar rumah, kadang saya bujuk supaya bermain diluar.. dia lebih milih main games.. saya pingin dia seperti anak kecil pada umumnya yang bersepeda, lari dsb.. dan pengen fun n learning bersama.. selain itu ayahnya pulang kerja pas magrib.. jadi tiap hari aktifitas dengan saya dan si adeknya 2,5th.. terimakasih..
Riska BimaNTB ipc9

Jawaban :
Wa’alaikumussalam warahmatullah bunda Riska.
Di sekolah dan tempat ngaji, saya asumsikan anak bertemu teman dan terjadi proses sosialisasi dan interaksi di sana dengan teman-teman sebayanya atau sekitaran usianya. Sore hari menuju malam adalah kesempatan bersama keluarganya dengan aktivitas bersama tentunya. Apakah naik sepeda, memasak bersama, mempersiapkan meja makan, menyiram tanaman, memberi makan peliharaan kalau ada, mencuci dn mengeringkan piring-piring plastik, dll bersama ibu dan adik tentunya. Sepulang ayah tetap harus ada kegiatan bersama yang dilakukan walaupun sesaat.
Anak cenderung lebih senang main games biasanya karena tidak ada aturan jelas dalam penggunaan gadget atau sejenisnya. Pilihan kegiatanpun tidak dibuat oleh orang tua.
Untuk anak usia 5,5 tahun sudah mulai diberi tanggung jawab tugas-tugas rutin di rumah. Apabila waktu sore masih memungkinkan bermain bersama teman, bunda bisa ajak teman-temannya bermain di rumah tanpa harus keluar, dengan begitu pengawasan atas siapa saja teman anak kita bisa dilakukan dengan lebih optimal. Di hari libur, maksimalkan berkegiatan bersama ayah bila anaknya laki-laki.

16. Assalamu’alaikum. Mba, mau bertanya. Anak saya (1y9m) sudah bisa bicara, tapi belum jelas pelafalannya. Apakah ada permainan khusus yang bisa membantunya supaya bisa bicara dengan jelas? Selama ini saya menstimulasi dengan bercerita, mengobrol dua arah, dan mengulang-ulang kata-kata yang dia belum jelas. Sudah betulkah cara saya? Terima kasih.
Rina-dumai-ipc9

Jawaban :
Wa’alaikumussalam bunda Rina yang semangat.
Apa yang dilakukan bunda sudah tepat. Bisa dimaksimalkan dengan beberapa tambahan aktivitas seperti, memperlihatkan beberapa gambar, baik binatang atau buah-buahan. Bunda sebutkan namanya dan anak mengulang. Kartu bergambarnya bisa diputar. Di lain waktu bunda dan putra/putri tercinta melihat cermin untuk belajar bersama pengucapan suatu kata dengan benar. Biasakan anak membuka mulutnya ketika berbicara dan tidak ditahan. Bermain pengucapan huruf dengan benar, misalnya bermain peran menjadi ular yang mendesis kemudian kita mengeluarkan suara dari huruf s dengan jelas (ssssssssssssss..), atau berpura-pura ada suara blender (rrrrrrrrrr….) sambil berekspresi, dll.
Selamat mencoba!

17. Assalamualaikum, Mba Sarah, salam kenal. Terima kasih banyak atas ilmunya. Aku selalu merasa excited kalau sedang merencanakan kegiatan belajar menyenangkan bersama anak kecil. Pertanyaanku teh, aspek aspek aja yang perlu dieksplorasi oleh anak pada umumnya supaya balanced, sesuai tahapan perkembangannya ? Kemudian, bagaimana tips dalam membagi waktu-waktu sesi fun learning dan materi yang ingin disampaikan dalam satu hari ?
Tika_Tangsel_MANA

Jawaban :
Wa`alaikumussalam, salam kenal juga bunda Tika 
Aspek perkembangan harus dioptimalkan dari anak adalah aspek perkembangan motorik (kasar dan halus), Kognitif, bahasa, sosial emosi, dan moral. Untuk lebih jelasnya bunda Tika bisa cari Developmental Milestones, di sana cukup jelas digambarkan tahapan-tahapan dan karakteristiknya pada usia-usia tertentu.
Fun learning dan materi tidak perlu dipisahkan karena pada prinsipnya fun learning hanya suatu metoda atau kendaraan untuk mentransfer materi-materi yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

18. Apakah mutlak harus PIKOR dalam pembuatan a plan for fun learning? Bagaimana bila pembuatannya tanpa disertai dengan point 1 (pengalaman)?
Yustika_Bogor_ipc10

Jawaban :
Mba Yustika, PIKOR itu tidak mutlak apabila keadaan tidak memungkinkan salah satu terpenuhi pada saat itu, misalnya karena waktu terbatas dan bahan ajar yang kurang lengkap, tapi apabila ingin memaksimalkan semua aspek perkembangan anak, maka kegiatan yang berprinsip PIKOR menjadi sebuah keniscayaan karena sesuatu akan lebih maksimal apabila dilakukan secara keseluruhan.Jadi bisa dikatakan pembelajarannya tidak aktif, walaupun tentu saja akan ada pembelajaran yang didapat. Dalam pembelajaran aktif, pengalaman langsung sangatlah penting. Dengan pengalaman langsung akan mudah bagi anak untuk mengikat makna dari pembelajaran. Apabila ada hambatan dalam prakteknya, bisa diganti dengan bermain berperan atau, bermain simulasi. Jadi anak diajak pura-pura berimajinasi berada pada situasi yang sama dengan kenyataannya. Misalnya : Pembelajaran menegenalkan pasar tradisional pada anak, tapi pasarnya sangat rentan dan tidak memungkinkan anak kita dibawa ke pasar saat itu, maka buatlah suasana pasar di rumah dengan barang-barang yang mewakili dan bermain berjualan seperti di pasar. Bisa ditambah dengan memperlihatkan pasar-pasar tradisional secara lengkap, dll.

19. Assalamualaikum Mba . salam kenal
Anak saya masih baby, usianya 8 bulan. Dia udah aktif, alhamdulillah interaktit, tentunya kalau untuk cara-cara seperti yang dibahas di paparan materi tadi jelas belum cukup umur ( karna usia dini) .. Pertanyaannya apa bisa dan bagaimana saya mengajarkan pada anak saya yang masih usia 8 bulan ? Makasih.
Fauziah_bandung_ipc8

Jawaban :
Wa’alaikumussalam bunda Fauziah,
Pada usia 8 bulan anak tentunya sudah makan. Makanan yang sudah mulai bisa diberikan seperti tim saring, bubur beras, bubur pisang, beberapa jenis sayur, ataupun buah dapat merangsang perkembangan otot-otot di mulut yang dapat membantu perkembangan bicara anak nantinya. Anak sudah mulai duduk, merangkak, dan berdiri, kemampuan menggunakan tangan, seperti meraih, menarik, menggenggam, melemparkan/melontar benda yang dipegangnya,secara emosional sudah mulai menunjukkan ekspresinya ketiak senang, marah, kaget, ataupun ketika tertari akan sesuatu, perkembangan bahasa menunjukkan anak dapat mengenali namanya apabila dipanggil, mengenali nama anggota keluarganya, dan mulai mengerti kata sederhana seperti tidak atau jangan.
Anak usia 8 bulan tentu saja bisa dibuatkan program untuk memaksimalkan perkembangannya terutama sensori motorik dan bahasanya. Melihat karakteristik anak usia 8 bulan di atas, tentu saja programnya disesuaikan dengan apa yang harus dioptimalkan atau dibantu.

20. Pertanyaan :
-Bagaimana cara menyikapi anak yang berkarakter leader yang cenderung mendominasi dan tidak mau diatur untuk mau mengikuti aturan main yang telah kita susun dalam plan for fun learning kita?
-Anak saya yang besar 4,5 tahun lebih suka permainan yang cenderung mengasah motorik kasar seperti main sepeda dll.sedangkan adiknya baru berumur 9 bulan. Kira-kira permainan apa yang bisa dimainkan bersama untuk menumbuhkan bonding antar kakak adik agar kakak tidak cemburu dan adik mulai belajar sesuai dengan usianya? trimakasih
Dini_kudus_ipc8

Jawaban :
Bunda Dini yang baik, menyikapi anak yang berkarakter dominan, biasakan ada informasi yang jelas mengenai suatu situasi dan rules di dalamnya. Jadi setelah permainan/kegiatan dan aturan disosialisasikan selanjutnya buatlah kesepakatan. Buat senyaman dan se-fun mungkin karena pada prinsipnya program untuk anak pra sekolah harus disesuaikan dengan cara belajar anak. Apabila anak lebih suka kegiatan yang bersifat fisik, mau tidak mau bunda dan ayah harus terlibat dan aktif berkegiatan yang sama sambil transfer/stimulasi anak sesuai dengan apa yang sudah dirancang. Bagi anak yang aktif kendaraan pembelajaran memang harus banyak bergerak dan aktivitas yang membutuhkan si anak duduk tenang dalam jangka waktu tertentu bisa lebih sedikit porsinya dan ditambah secara sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan.
Bonding terjadi apabila ada kegiatan keluarga (ayah,bunda, kakak, ade) bersama yang rutin dilakukan seperti misalnya membuat proyek dari lego bersama, tentunya lego yang agak besar yang aman buat adiknya, kemping-kempingan di dalam rumah, dll. Kakak diberi penguatan dan ucapan terima kasih setiap berbuat baik kepada adiknya dan seringlah sampaikan bahwa dia kakak yang baik bagi adiknya di dalam pertemuan keluarga atau teman. Untuk anak usia 4.5 th dan 9 bulan memang ada rentang cukup jauh kalau kita berharap kakaknya bertahan lama bermain bersama adiknya. Harus kreatif mencari kegiatan-kegiatan bersama lainnya.

21. Pada usia berapa sebaiknya mulai untuk menstimulasi anak berkegiatan?
Bagaimana sebaiknya plan fun untuk balita usia 12 bulan yang belum bisa diajak berkomunikasi layaknya oorang dewasa?
Kikitrisy_Yogyakarta_ IPC8

Jawaban :
Bisa dimulai sedini mungkin.bunda Kikitrisy. Dengan mempelajari tahapan-tahapan perkembangan anak, insyaAllah kita bisa meraba dan belajar apa yang harus distimulasi pada saat itu. Tentu saja anak usia 1 tahun hanya bisa diajak berkomunikasi dengan bahasa khusus anak usia 1 tahun . Pada saat ini anak-anak bisa dilatih bicara dengan kata-kata sederhana dengan pengucapan yang benar. Ketika mengenalkan sesuatu, gerakan atau contoh dari orang tua sangatlah penting. Misalnya kita meminta anak memasukan benda kedalam kotak, maka berilah contoh sambil kita mengucapkan “masukan”, dst. Pada usia ini juga biasanya anak sudah mulai memilih, misalnya memilih baju mana yang mau dipakai, maka orangtua bisa mendorong anak untuk memutuskan apa yang diinginkannya.

22. Saya bunda dari 2 orang anak, anak yang pertama umur 3,5 tahun sekolah PG dan yang kedua masih bayi umur 1,5 bulan. Saya working mom, saat ini yang menjadi kegelisahan saya adalah takut tidak dapat menciptakan suasana yang menarik untuk belajar bagi anak saya yang pertama karna intensitas ketemu kami tidak banyak dan harus berbagi dengan si adeknya. Mohon saran nya agar saya dapat memberikan fun learning dirumah dengan waktu yang terbatas. Terimakasih
Rahma_depok_ipc8

Jawaban :
Bunda Rahma yang semangat.
Tentunya sebagai ibu yang bekerja seringkali kita merasa waktu bersama anak-anak terasa sempit. Ketika bekerja menjadi pilihan, maka waktu pertemuan anak harus dimaksimalkan kualitasnya. Membuat proyek bersama, memasak bersama, membacakan buku cerita, dan bermain peran secara rutin bisa dijadikan pilihan. One day one activity untuk menstimulasi tugas perkembangan yang harus terlewati bisa dijadikan program awal. Ketika waktunya bekerja, libatkan pengasuh dan keluarga lainnya dalam melaksanakan beberapa program yang telah dibuat orang tua (duduk bareng). Jangan gelisah lagi ya 

23. Assalamu’alaikum, salam kenal bunda sarah. Materinya pas sekali dengan kondisi saya. Saya mantan guru tk, Putra saya (4,5y) saat ini belum saya masukkan ke sekolah/tpa. Jadi di rumah saya memberikan materi yang dulu biasa saya berikan ke para didik saya, baik kognitif, bahasa, motorik halus/kasar, seni, mengenal dan menghafal do’a harian dan surat” pendek, dll. Yang saya mau tanyakan, putra saya ini kalau belajar suka semaunya. Kalau di berikan pengarahan, terkadang tidak di patuhi. Contoh : ketika pelajaran seni menggunting/menempel, sudah menggunting padahal belum di mulai atau memberikan lem yang banyak padahal belum di suruh untuk memegang lem. Itu contoh sedikit bunda sarah, mungkin ada perbedaan dalam mengajari learning with fun untuk anak laki-laki? Terima kasih atas jawabannya
Emma_tangerang_ipc2

Jawaban :
Kita sama-sana guru TK ya bunda Emma 
Alhamdulillah pengalaman sebagai guru TK menjadikan bunda lebih siap dalam pembuatan perencanaaan program bagi putra tercinta. Untuk prakteknya sosialisasi aturan dan kesepakatan bersama dalam permainan sangatlah penting terutama anak yang sedang belajar memahami bahwa aturan itu harus diikuti. Bagi beberapa anak treatment yang diberikan memang harus berbeda misalnya kita tahu bahwa anak kita sedang belajar untuk terburu-buru maka lem kita keluarkan setelah tahap pertama selesai. Ini terus dilakukan dalam beberapa kali pertemuan selanjutnya katakana bahwa lemnya akan mulai disimpan bersama barang lain, tapi untuk menggunakan lem harus selesai tahapan pertema seperti apa yang biasa anak lakukan sebelumnya. Perbedaan anak laki-laki dan perempuan adalah, anak laki-laki lebih menyukai kegiatan yang bersifat motorik kasar dan menantang, jadi buatlah kegiatan yang dapat membantu penyaluran kebutuhan bergerak dan eksplorasinya.

24. Mba mau nanya
Kalo bikin kurikulum nya harus bikin pertahun perbulan atau perminggu?
Putri_bandung_IPC 7

Jawaban :
Bunda Putri, pembuatannya bisa disesuaikan kebutuhan bisa perminggu, perbulan, ataupun pertahun. Yang harus dibuat dengan jelas di awal adalah visi-misi keluarga mau dibawa kemanakah pendidikan putra-putri tercinta.

25. Pertanyaan:
Assalamualaikum. Hai teh sarah salam kenal! Menurut teh sarah, apa sih tantangan atau kesulitan terbesar saat kita sebagai orangtua mengaplikasikan fun learning di rumah?
Bunga Erlita_Jogjakarta_IPC7

Jawaban :
Wa’alaikumussalam warahmatullah bunda Erlita,
Kesulitan atau tantangan terbesar yang sering muncul adalah karena dari awal visi-misi pendidikan anak dalam keluarga belum/tidak jelas, pasangan kurang mendukung, malu apabila kegiatan harus berhubungan dengan lingkungan luar, dana (untuk sebagian orang), malas, menyerah, dan tidak istiqomah.

26. Assalamu’alaikum bunda siti,saya punya anak kembar,usia 5 tahun,sampai saat ini anak saya belum tertarik dengan kegiatan calistung, senangnya mainan fisik,,apakah itu masih wajar.
Atin_klaten_ipc6

Jawaban :
Wa.alaikumussalam bunda Atin,
Alhamdulillah senangnya mempunyai anak kembar. Saya ingin sekali lho punya anak kembar . Anak prasekolah yang distimulasi adala pra-baca, pra-tulis, dan pra-hitung. Jadi bunda Atin bisa menstimulasi ketiganya dengan membuat kegiatan yang membuat anak-anak banyak bergerak secara dinamis. Wajar, tapi perlu diarahkan 

27. Assalamu’Alaikum…Ibu Sarah yang dirahmati Allah, saya ingin bertanya tentang bahaya Mental hectic. Beberapa waktu yang lalu saya membaca timeline disebuah social media dari KEMENDIKNAS, REPUBLIKA.CO.ID bahwa anak Balita yang diajarkan Calistung (Baca, Tulis, Hitung) bahaya terkena mental hectic saat SD Kelas 2. Bagaimana menurut Ibu Sarah?
Haturnuhun, Jazakillah.
AyumeL/Cipanas/IPC 4

Jawaban :
Wa,alaikumussalam bunda Ayumel yang sholehah,
Mental hectic akan terjadi apabila anak pra sekolah “dipaksa” untuk mempelajari sesuatu yang belum waktunya. Bisa saja anak kelihatan baik-baik saja tapi sebetulnya otaknya overload dalam menerima banyak informasi yang belum siap otak olah karena memang ada tahapan sebelumnya terlebih dahulu yang dimaksimalkan. Konsep Calistunpun harus disamakan dulu persepsinya. Pada usia prasekolah, dalam pengenalan pra-calistung anak diajak untuk mengolah informasi berdasarkan segala sesuatu yang bersifat konkrit. Bisa dilihat, didengar, diraba, dirasa, dihidu dsb. Apabila anak tidak melewati stimulasi ini maka biasanya anak akan menurun prestasinya pada SD kelas 3 atau 4 karena biasanya pembelajaran bersifat abstrak. Apabila anak tidak dikenalkan akan sesuatu secara bertahap, maka otaknya akan kosong akan informasi, atau terlalu dini dikenalkan sesuatu yang belum saatnya, maka otaknya akan kewalahan sementara informasi dalam otak banyak tapi tidak saling terkait. Wallahu’alam.

28. Assalamualaikum mbak, saya mau tanya pada usia berapakah anak sudah bisa diajarkan tentang sex education? yang manakah yang baik apakah mengenalkan anggota tubuh sesuai bahasa biologi nya atau bahasa yang mudah dimengerti saja bagi anak?
Artika_batam_ipc4

Jawaban :
Wa’alaikumussalam bunda Artika,
Yang kita ajarkan kepada anak kita adalah seksualitas bukan sek. Seksualitas adalah
• Totalitas kepribadian
• Apa yang kita percayai, rasakan, pikirkan, rasakan, pikirkan, dan bagaimana kita bereaksi
• Bagaimana kita berbudaya, bersosial, dan berseksual
• Tampil ketika berdiri, tersenyum, pakaian, tawa, dan menangis
• Menunjukkan siapa kita
Misalnya saya, saya adalah serang wanita berkerudung, buat saya yang boleh terlihat hanyalah tangan dan wajah, saya lebih senang memakai rok, dan model kerudungnya menutup dada. Maka itu menunjukkan siapa saya sebagai pribadi. Tiba-tiba sahabat semua bertemu saya tidak berkerudung, rambut diwarnai, memakai rok mini, baju tak berlengan lalu setiap melihat laki-laki saya dekati sambil menyapa dengan suara lembut “Hai om mau ke mana, saya temani ya!” sambil ketawa-ketiwi dan colek-colek. Nah pasti yang melihat akan kaget dan melihat kepribadian yang berbeda dari saya. Contoh lain ada seorang anak laki-laki yang selalu tersenyum, membantu orangtua, menghargai perempuan, menjaga pandangan, dll. Sebaliknya ada laki-laki tapi kemayu, semua tingkah lakunya seperti perempuan, dan ujung-ujungnya ternyata dia merasa dirinya perempuan. Semua itulah yang tercakup dalam seksualitas, jadi kita bisa pahami sekarang bahwa yang harus pertama kali kita ajarkan kepada anak kita sejak dini adalah SEKSUALITASnya, bagaimana kita mendampingi anak laki-laki kita menjadi laki-laki sejati dan anak perempuan kita menjadi perempuan seutuhnya yang tentunya kedepannya disipkan menjadi seorang calaon suami, istri, ayah, dan ibu.
Sejak kapan diajarkan ? sejak dini seperti yang diajarkan Rasulullah tercinta.

29. Assalamu’alaykum Mbak, mau nanya : umur berapa sebaiknya anak masuk sekolah playgroup. Dan bagaimana criteria sekolah playgroup yang baik bagi anak. Terima kasih
Ismundarti-bekasi-ipc4

Jawaban :
Wa’alaikumussalam bunda Ismurdanti,
Kapan sebaiknya anak masuk playgroup ? sebaiknya anak usia PG di rumah saja pendidikannya bersama ayah dan ibunya apabila ayah dan ibunya mempunyai waktu lebih banyak mendampingi. Playgroup adalah alternative, bagaimana kalau memilih memasukan anak ke PG, bisa dimulai dari usia 2 tahun. Selama 2 tahun pertama maksimalkan kelekatan dengan bunda. Kriteria sekolah yang bagus adalah yang cocok dengan visi-misi keluarga dan cocok buat anak. Cara melihat sekolah bagus atau tidak, mintalah ngobrol/diskusi dengan kepala sekolahnya tentang program sekolah dan minta ijin untuk melihat gurunya mengajar. Dari penjelasan beliau dan cara penerimaan beliau terhadap kita bisa juga kita lihat bagaimana iklim sekolah.

30. Bun, saya punya 2 anak perempuan yang usianya terpaut 3 tahun. Kakak usia 6, adiknya 2,8 tahun. Tentu mereka di milestone yang beda, dengan ragam permainan yang berbeda. Bagaimana cara memisah permainan mereka ya bun….karena kadang kakak lagi asik gunting-gunting, adik tidak mau kalah pegang gunting juga. Padahal gunting ditahap 3 tahun kurang sepertinya belum waktunya dikasih. Terimakasih.
Ari_depok_ipc6

Jawaban :
Wa’alaikumussalam bunda Ari,
Bunda bisa sesuaikan dengan apa yang bisa dioptimalkan di rumah mana yang mau digabung, mana yang mau individual kegiatannya. Walaupun berbeda tahapannya, dalam aktivitas bersama kakak sama adik bisa diberikan tanggungjawab yang berbeda. Berarti harus sering membuat kegiatan yang alurnya sedemikian rupa sehingga keduanya terfasilitasi. Misalnya kegiatan memasak bersama ,. Kaka bisa bertugas mencari resep di buku yang mau dibuat, mengambil bahan-bahan di kulkas, dll, sementara adik bisa bantu cuci-cuci bahan yang mau dipakai, petik-petik, dsb. Untuk menggunting, adik yang berusia 3 tahun sudah mulai boleh diajak menggunting garis lurus ataupun guntinga acak dengan syarat dalam pengawasan orang tua. Untuk awal stimulasi menggunting ada gunting plastic khusus toodler.

31. Tanya mbak, anaknya teman sena itu umurnya 3 tahun + lagi senang-senangnya main yang kaya berkhayal gitu.. Kadang tentang robot-robotanan atau film terbaru yang ada di tv..
Yang kadang khayalannya tidak dipahami sang ibu.. Kalo sudah gitu, si anak kadang jadi ngambek..
Bagaimana caranya menjadikan hal-hal seperti berkhayal itu jadi lebih baik dan bisa dijadikan belajar untuk anak-anak seumurannya..
Sena_NTB/Depok__IPC 3

Jawaban :
Mba Sena, anak usia 3 tahun adalah masa-masanya senang bermain pura-pura/imajinasi. Untuk memahami apa yang dimainkan anak kita bergabunglah dan main bersama dalam beberapa kesempatan. Posisikan kita sebagai teman bermainnya. Dengan begitu orang tua bisa memasukan isme-isme /pengetahuan yang ingin kita transfer pada anak-anak. Bahkan kita bisa membuat situasi permainan pura-pura dan mengajak anak-anak bermain. Misalnya robot adik sedang kebingungan mencari jalan menuju sekolah, taman,a atau apaun sehingga memungkinkan orangtua dan anak mencari jalan bersama sambil menstimulasi motorik, bahasa, social emosi, kognitif, dan moralnya. ( di jalan robot menemui rintangan yang harus diloncati maka anak ikut dijak loncat, robotpun harus melewati gunung, maka kita hitung gunung pura-pura yang terlewati, dsb)

32. Assalamu’alaikum bunda sarah.. menarik sekali materi malam ini.. alhamdulillah anak-anak saya cowok usia 4 tahun dan 2 tahun senang sekali bongkar-bongkar. Rak-rak buku, lemari, mainan, tempat tidur.. bagaimana mengarahkannya biar bongkar-bongkarnya jadi bermanfaat? karena saya tidak tega untuk melarang.. takut menghambat kreatifitasnya.. terima kasih..
Fathimah_ternate_ipc 3

Jawaban :
Wa.alaikumussalam bunda Fathimah yang dirahmati Allah,
Bunda bisa beri tema dalam setiap permainan. Misalnya setiap anak akan bermain bunda beri tugas, misalnya bunda ingin membantu warga Jakarta tidak kebanjiran, tolong buatkan bunda kota yang rumah-rumahnya anti banjir. Setelah selesai fotolah untuk portofolio anak. Setelah selesai waktunya beres-beres bersama. Masih banyak stimulasi menarik lainnnya yang bisa bunda dapat di buku-buku dan internet.

33. Anak saya umur 2 tahun 10 bulan. Seringkali saya sudah menyiapkan serangkaian mainan untuk anak saya. Saya merasa udah berusaha menberi arahan cara bermain,tapi dia seringnya mengganti arahan sesuka dia. Apa yang harus saya lakukan supaya dia mau menurut arahan dari saya?
Mai_cikarang_ipc3

Jawaban :
Bunda Mai di Cikarang, untuk anak usia 2 tahun 10 bulan dalam praktiknya kita akan lebih banyak mengikuti minat anak. Dengan mengikuti minat anak, maka stimulasi akan lebih mudah dilakukan. Misalnya dengan memancing anak apa yang ingin anak-anak mainkan besok, atau apa yang ingin anak-anak ketahui lebih jauh. Nah dari sanalah kita membuat program dan mempersiapkan perlengkapannya. Ini disebut emergent curriculum. Tapi tentu saja ada beberapa program yang harus coba anak-anak ikuti dengan terus dimotivasi dan dikuatkan.

34. Assalamu’alaykum bu sarah.. senang bisa membaca dan mendapat tambahan gambaran dari materi ibu..
Saya mau tanya,bagaimana yaa,menjelaskan konsep hal berbahaya untuk anak usia 2,5 tahun, tanpa menakut-nakuti? seperti hal/permainan yang berbahaya, atau tempat-tempat yang tidak/kurang aman, dan menghadapi orang asing. dia termasuk anak yang enjoy dengan hal dan tempat baru, dan ga takut orang asing.. terima kasih..
Ade_jogja_ipc3

Jawaban :
Wa’alaikumussalam bunda Ade,
Penjelasan yang efektif bagi anak pra sekolah mengenai hal-hal yang bunda sebutkan adalah melalui gambar, cerita, dan praktik langsung sampai anak betul-betul memahami. Artinya tidak cukup sekali informasinya kita berikan. Harus beberapa kali sampai kita yakin anak bisa. Pemahaman anak terhadap sesuatu yang berbahaya juga pada usia 2 tahun di luar dari benda-benda di sekitar yang secara konkrit terlihat secara kasat mata berbahaya sedang berkembang/berproses. Untuk masalah orang asing, sebaiknya anak selalu dalam pengawasan terutama di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Tetap berikan kepercayaan bagi anak untuk bereksplorasi tanpa rasa khawatir yang berlebihan.

Islamic Parenting Community
fan page: https://m.facebook.com/isparentingcommunity
Instagram: @islamicparenting
twitter: @isparentingcom
blog: isparenting.wordpress.com